Mereka ini Malas atau Pandai

Sebutan yang cocok untuk mereka ini malas atau pandai, ini yang selama ini saya pikirkan selama saya berada disini, dipinggir Kota Jakarta.

Waktu saya bertanya pada teman atau pada orang sekitar sini "mereka itu siapa?" Jawabannya pasti "abang-abang kampung sini".

Menurut saya orang-orang ini sangat mengganggu, tapi kadang cukup membantu.

Berikut ini tindakan-tindakan dari mereka yang saya tidak suka :

Pertama adalah parkir liar dan pengatur lalu lintas tidak pada tempatnya. Keberadaan parkir liar ini benar-benar sangat mengganggu, misal : saya pernah membeli dvd di sebuah toko di dikawasan bintaro, ambil dvd dan bayar lalu pergi, tiba-tiba sudah di tiupin peluit. Ya ampun, bukannya saya tidak mau bayar parkir, tapi saya tidak merasa menggunakan jasa mereka. Selain parkir liar tindakan yang sama menyebalkannya adalah pengatur lalu lintas (pak ogah) yang tidak pada tempatnya. 80% keberadaan pak ogah malah menjadi penyebab lalu lintas semrawut. Yang saya tidak habis pikir, anak-anak kecil sudah pegang peluit. Apa emang parkir liar dan pak ogah itu sengaja dijadikan profesi turun-temurun? Kalo memang iya betapa dangkalnya pemikiran mereka, mudah-mudahan tidak.

Kedua, petugas keamanan komplek atau perumahan yang direkrut dari warga asli dari kampung sekitar komplek tersebut. Kenapa saya tidak suka? Karena mereka mengenakan seragam kemanan satpam yang seharusnya digunakan oleh satpam yang lulus pendidikan dan mendapatkan sertifikasi dari kepolosian. Selain itu kelakuan satpam-satpam ini kadang mencerminkan sikap preman. Saya pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri (kebetulan tempat tinggal saya bersebelahan dengan gerbang masuk komplek) seorang satpam meminta uang pada sopir mobil pick up atau mobil box yang masuk kedalam komplek. Padahal gaji sopir itu tidak begitu besar, tapi satpam-satpam itu memintainya uang, dan kalo mereka tidak dapat uang mereka tidak akan mengijinkan sopir itu untuk masuk. Benar-benar tidak ada rasa solidaritas.

Ketiga, warga kampung dan atau tukang ojek disekitar komplek. Alasannya kebanyakan dari mereka ini sok jagoan. Kenapa demikian? Sama seperti cerita satpam diatas, misalkan kita ingin merenovasi rumah, atau sedang membangun rumah, maka orang-orang kampung ini akan mendatangi tukang-tukang yang kita bayar untuk mengerjakan rumah kita dan meminta uang (kasarnya jatah). Kalo tukang-tukang itu tidak memberi mereka akan diancam dan diganggu pekerjaannya.
Selain itu misalkan kita pindahan, terus mereka melihat mobil yang mengangkut barang-barang kita, mereka akan buntutin kita sampe rumah. Begitu sampe mereka akan pura-pura membantu, ujung-ujungnya mereka akan minta uang dan nilainya tidak masuk akal. Karena udah terlanjur barang-barang udah mereka turunkan dengan sangat terpaksa saya bayar.
Pernah waktu itu saya bantu teman saya pindahan, dan dibuntutin dan minta bantuin (menolong tapi maksa), terus teman saya menolak karena sudah mengajak saya dan teman-teman lainnya untuk bantu pindahan. Tapi mereka malah bilang "emang aturannya sudah begitu". Waw.. Aturan dari mana ini, akhirnya dari pada ribut temen saya kasi uang rokok.


Setelah membaca cerita diatas silahkan bantu saya berfikir, mereka itu sebenarnya "malas" atau "pandai"
.Malas, karena mereka mendapatkan rejeki dengan cara merugikan orang lain.
Pandai, karena mereka bisa mendapatkan rejeki tanpa bekerja keras bahkan tanpa berfikir.

Apa yang saya tulis adalah pengalaman pribadi saya, saya tulis apa adanya, tidak dibuat-buat dan tidak bermaksud mejelek-jelekkan.

Bila ada yang tersinggung mohon maaf, dan mudah-mudahan cepat sadar. Bila ada yang menjadi korban seperti saya (pasti banyak) sabar aja, toh sudah terbukti mereka minggir-minggir, lama-lama nyemplung.

Posted in: Iseng, jakarta, kampung, premanisme